Thursday, June 12, 2008

Sharing ala Nadya

Tadi malam Nadya mengantarku ke apotik yang letaknya dibelakang rumah kami. Karena jaraknya dekat, Nadya memakai sepeda roda tiga pink miliknya, dan aku berjalan kaki.
Sesampainya di apotik, kami masuk dan membeli obat untuk Papa Nadya.

Saat sedang didalam apotik, ada anak perempuan, kira-kira usia 1 tahun, memainkan bel sepedanya Nadya. Biasanya nih... Nadya sudah gelisah dan mulai menarik-narik tanganku melihat sepedanya dimainkan. Tapi kali ini dia hanya diam melihatnya, bahkan keluar dan duduk di teras apotik melihat anak itu.

Sesudah selesai urusanku di apotik, aku menyusul Nadya keluar, dan sedikit berbasa basi dengan ibunya anak itu. Dari situ aku tahu bahwa anak itu bernama Tika, dan ia adalah salah satu cucu tetanggaku yang sedang datang berkunjung.

Melihat kami sudah mau berjalan pulang, ibunya Tika berusaha membujuk Tika untuk turun dari sepeda Nadya. Tapi Tikanya tidak mau, bahkan memegang bel sepedanya Nadya erat-erat, dan berusaha mengayuh sepedanya. Melihat hal itu aku diam saja, tidak berusaha mengambil keputusan untuk Nadya. Mau dipinjamkan atau tidak, itu keputusan total dari Nadya.

Ditengah-tengah kesibukan bujuk membujuk itu, Nadya berkata, "Aku jalan saja ya..."
dan dia langsung berjalan sambil bernyanyi-nyanyi mendahului kami.

Melihat hal itu, jujur saja, sesaat aku terdiam, terkejut, Ini kejadian baru dan ini hal baru... Nadya mau sharing. Biasanya dengan orang yang tidak dia kenal, dia tidak mau sharing begitu saja.

Akhirnya kami jalan berempat beriringan dengan Tika diatas sepeda Nadya. Sesampainya di depan rumah kami, Nadya langsung membuka pagar, dan berkata, "Ayo teman-teman masuklah..."

Hah..!! ini hal baru lagi. Dia mengundang teman barunya ke rumah dengan begitu ramah dan terbuka. Melihat hal itu Tika ingin masuk ke halaman kami, namun sama ibunya ditahan, dengan alasan sudah terlalu malam untuk main, dan sang ibu mulai membujuk Tika untuk turun dari sepeda Nadya. Tapi seperti kejadian saat di apotik, Tika bersikeras tidak mau turun dari sepedanya.

Akhirnya aku tanya ke Nadya, "Nadya, kita antar adik Tika ke rumahnya yuk?"
"Ayo... kita jalan-jalan saja.." kata Nadya semangat.
Kami berjalan lagi, melewati 7 rumah untuk sampai ke rumah eyangnya Tika. Sesampainya disana, Tika tetap tidak mau turun dari sepeda Nadya, suara bujukan ibunya terdengar sampai ke rumah, hingga eyang, oom dan tantenya keluar dari rumah dan ikut membujuk.

Karena Tika tetap bersikeras untuk duduk di sepedanya, sekali lagi Nadya membuat kejutan dengan berkata, "Sepedaku ditinggal disini saja, aku jalan saja ya..."
Nadya sudah mulai berbalik badan berjalan pulang, dan seperti tadi dia bernyanyi-nyanyi. Melihat Nadya dengan entengnya meninggalkan sepedanya begitu saja, tetanggaku yang heboh... sambil memanggil Nadya, ia membujuk Tika untuk melepaskan pegangannya dan akhirnya Tika mau diangkat.

Melihat Tika sudah tidak ada di sepedanya lagi, Nadya berbalik dan berkata, "Sepedanya tidak jadi dipinjam? kalau begitu Tika besok lagi bermain sepedanya ya... Sampai jumpa lagi teman-teman."
Sambil melambaikan tangannya dia mulai mengayuh sepedanya kembali ke rumah.
Akupun ikut pamit dan berjalan mengikuti Nadya.

Saat kejadian itu aku memang lebih banyak diam dan menonton interaksi Nadya dan keluarga tetanggaku. Dan ternyata banyak sekali kejutan yang kudapat malam itu. Tanpa pernah kuduga dengan caranya Nadya bisa mengatasi Tika, ibunya, eyangnya, Oom dan tantenya.

Dari kejadian itu makin yakin aku, anak itu tidak perlu disuruh-suruh atau dibujuk-bujuk untuk berbagi sesuatu yang dia punya. Jika ia dapat contoh dalam hal berbagi dari orangtuanya, saat dia siap, dia akan melakukannya begitu saja. Bahkan kemampuannya berbagi melebihi dari sangkaan kita. Karena semua itu keluar dari dirinya sendiri, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Aku mempercepat langkah, berusaha berjalan disisi Nadya, yang semangat mengayuh sepeda,
aku rangkul bahunya dan berkata, "Mama bangga sama Nadya..."

3 comments:

Anonymous said...

Doooooooooohhh...lu kudu baca yang tersirat dwooooooonggg... Menta Adeeeeeeeeeeeeek!!!

Anonymous said...

Subhanalloh, hebat ya 'milladunka' dari anugerah-Nya.
saya berencana membuat homeschooling buat anak saya, tapi itu juga tidak lama, karena hanya sebagai persiapan sekolah formal. Saya masih menganggap sekolah formal itu adalah sekolah yang lebih baik dari sisi sosialisasi dan sisi EQ. Tapi saya juga tidak menafikan keuntungan home schooling. Jadi saya sedang mencari modul/worksheet atau panduan kurikulum untuk anak saya. ada yang tahu? terima kasih

sekolahnadya said...

To Yanda Nur, silahkan browsing ke www.sekolahrumah.com, atau www.klubsinau.com, mungkin disana ada bahan yang anda butuhkan