Tuesday, March 11, 2014

Arya

Arya adalah anak tetanggaku. Rumah kami sama-sama terletak di pojok perempatan jalan yang sama. Jika ditarik garis lurus antara rumah kami dan rumahnya maka akan membentuk garis diagonal. Usia anak itu 5 tahun. Setahuku selama ini kegiatannya sehari-hari adalah bermain dan membantu pamannya menggembalakan bebek. 

Pada kali pertama aku melihat anak itu, aku sudah terkesan.  Saat itu  dari dalam rumah aku mendengar suara bebek , kwek… kwek… kwek…  dan juga terdengar suara angin yang dikibaskan, wuss… wuss.. wuss… Aku penasaran dan langsung berlari ke depan rumah untuk melihatnya.  Langsung mataku disuguhkan pemandangan menakjubkan, sepasukan bebek  berjalan ramai bersuara, dan sesekali  mengepakkan sayapnya .  Dibelakang bebek-bebek itu ada seorang bapak  yang tampak sibuk mengarahkan jalan bebek-bebek itu sambil mengayunkan bilah kayu yang digenggamnya. Dan disamping kirinya ada seorang anak  memakai caping hijau , baju kaos coklat, bercelana pendek dan bersepatu boot merah, Ia berjalan di belakang  gerombolan bebek dengan gagah. Sambil membawa bilah kayu kurang lebih sepanjang 2 meter, dan diujungnya terikat kantung kresek berwarna putih, sesekali ia ayun bilah itu untuk mengarahkan jalan bebek-bebeknya.  Dalam hati aku berkata, “ Sungguh pemandangan yang sangat langka melihat sepasukan bebek yang melintas di depan rumah ditambah  ada  seorang anak yang begitu bangga dan bersemangat menggembalakannya”.

Belakangan kuketahui anak tersebut bernama Arya dan bapak  itu bernama pak Heri  yang tak lain adalah pamannya Arya. Menggembalakan bebek adalah kegiatan rutin Arya, setiap siang ia dan pamannya mengajak bebek-bebek itu menuju sawah yang berjarak sekitar  satu kilometer dari rumah. Arya sangat menyukainya,  ia selalu semangat, ceria dan sangat serius melakukan tugasnya  menggembalakan bebek.
Nah.. hari ini ada suatu kejadian yang membuat wajah ceria Arya menjadi murung, bahkan saat aku bertemu dengannya masih terlihat jejak air mata di pipinya. Aku bertanya kepada ibunya, apa yang terjadi dengan Arya. Ibunya menceritakan, ada  dua pohon bunga kepunyaan Arya yang diminta orang.  Saat itu aku melihat ke halaman mereka,  yang tadinya rimbun ada pohon bunga sekarang tampak kosong.  Tadinya di depan rumah Arya tumbuh tiga pohon bunga  berwarna kuning, pohonnya setinggi dua meter,  besar dan lebat  daun maupun bunganya. Bunganya seperti bunga Alamanda, namun belum ada yang tahu nama sebenarnya bunga itu. Menurut cerita ibunya bunga-bunga itu ditanam oleh Arya sendiri dan selama ini  ia juga yang ikut merawat dan menyiramnya. Tadi pagi ada yang meminta dua dari tiga pohon bunga itu, kedua pohon besar itu dibeli dengan harga 100 ribu rupiah. Ibunya Arya awalnya berkeberatan memberikannya, tapi entah bagaimana prosesnya  akhirnya   pohon-pohon tersebut dibawa pergi.  Kejadian itulah yang membuat Arya marah dan sedih. Ia berusaha menyusul orang yang membawa pohon-pohonnya, mengembalikan uangnya dan meminta kembali pohon bunganya. Namun orangnya sudah tidak ada, pohon-pohonnya sudah dibawa pergi, dan tetap ia serahkan uang tersebut ke salahsatu pihak keluarga dari orang yang membawa pohonnya.

Aku sedih melihat anak yang biasanya bersemangat dan ceria kini murung.  Aku melihat Arya sedang memukul-mukul tanah kosong tempat pohon bunganya dulu berdiri. Aku teringat beberapa waktu yang lalu ia menghampiriku saat aku sedang duduk di teras  sibuk menanam bibit-bibit palem di plastik polybag. Sambil menggamit ibunya, ia berbisik ingin minta polybag untuk menanam di rumah. Langsung  aku sodorkan beberapa polybag , bibit palem dan kuajarkan cara mengisi dan menanamnya. Ia mengikuti arahanku dan melakukannya dengan tekun dan serius. Di hari itu beberapa kali ia bolak-balik dari rumahnya ke rumah kami dengan membawa tanaman-tanaman yang masih kecil untuk ditanam juga di polybag.  Dari ibunya aku tahu bahwa Arya menyukai tanaman.  Wajarlah jika ia murung, aku dapat merasakan kemarahan, kekecewaan dan kesedihannya.

Setelah berpikir sejenak, aku panggil dia, “Arya…, ayo kita tanam lagi bungamu. Tante masih punya banyak polybag dan pupuk. Kamu bisa menggunakannya.”. Mendengar perkataanku, ia memandangku dan ibunya dengan penuh harap, dan bertanya ke ibunya dalam bahasa jawa, (aku terjemahkan ), “ Bisa bu ditanam? Bijinya bisa ditanam?” tanyanya berulang kali. Ibunya mengangukkan kepala, “Iya… bisa. Bijinya yang kering bisa ditanam. Nanti akan tumbuh besar lagi.”. Mendengar perkataan ibunya, wajahnya seketika berubah, dengan semangat ia menarik tangan ibunya, “ Ayo bu..ayo bu…. Kita ambil polybagnya. Kita tanam bijinya… ayo bu….”  Arya langsung berjalan sambil setengah berlari  menuju rumah kami. Ia langsung membantuku membawa polybag yang sudah terisi campuran pupuk kandang dan sekam. Dibawanya polybag-polybag itu ke rumahnya, langsung ia tanami dengan biji-biji bunga kuningnya.  Wajahnya sudah kembali ceria, ia semangat mengatur barisan polybag  dan menyirami tanaman barunya.  Dan tak lama kemudian ia  sudah terlihat berlarian bermain layangan dengan ayahnya.

Bagiku Arya adalah sosok yang istimewa, dengan kekhasan anak-anak seumurnya yang  penuh rasa ingin tahu, ceria dan tak kenal takut. Namun yang membedakan dia dari anak-anak lainnya adalah konsistensi, keseriusannya  dan kesungguhan dalam mengerjakan sesuatu.  Bisa dikatakan ia tidak pernah absen dalam mendampingi pamannya menggembalakan bebek. Tanpa disuruh oleh orangtuanya, ia sendiri datang ke rumah pamannya, bersiap-siap dengan caping hijau dan sepatu boot merahnya, dan bersama pamannya  menggembalakan bebek.


Dalam hati aku memintaNya supaya  menjaga agar senyum cerianya selalu  terpampang di wajahnya dan saat besar nanti menjadi Arya yang penuh semangat dan mencintai apapun yang ia kerjakan.

Monday, March 10, 2014

Catatan 2 Oktober 2010 (2)

(Di TK Primagama)

Saat Nadya melepas sepatunya untuk masuk ke kelas, ia melihat ada anak laki-laki usia kurang lebih 3 tahun, berdiri di depan pintu masuk. Mama anak tersebut dan seorang guru jongkok di hadapan anak itu. Mereka bersuara pelan, seperti sedang membujuk anak itu untuk masuk dalam kelas.

Nadya: Dia kenapa mama?

Mama: Dia sepertinya tidak mau masuk kelas.

Nadya: Kenapa dia tidak mau masuk kelas?

Mama: Mama tidak tahu

Nadya: Terus bunda (panggilan untuk ibu guru di TK tsb) dan mamanya ngomong apa?

Mama: Sepertinya mereka lagi membujuk anak tersebut.

Nadya: Kenapa dibujuk dulu, kan kalau tidak mau, tidak usah dipaksa.

Catatan 2 Oktober 2010

(Saat naik beca mau berangkat ke sekolah -TK Primagama jam 07.30)

Nadya: Besok di sekolah aku ngapain Ma?

Mama: Besok kamu tidak sekolah, besok kan hari minggu

Nadya: Tapi aku pingin sekolah

Mama: ( sambil nyanyi) Pada hari minggu aku tidak sekolah, senang dan gembira ku bermain di rumah. Minggu hari libur

Nadya: Kenapa ada hari libur, kan lebih enak kalau sekolah terus. Aku suka sekolah. Pinginnya setiap hari sekolah terus....

Thursday, April 30, 2009

Kucings.. Anjings.. Becaks...

Sekarang Nadya sudah bisa mengikuti cerita buku bacaan maupun film dalam bahasa inggris. Dia sudah tahu alur cerita, sudah mengerti arti beberapa percakapan bahkan sudah bisa mengikuti dengan benar dan tepat kalimat2 dalam bahasa inggris sesuai dengan konteksnya.

Suatu saat Nadya pernah bertanya, "Kenapa mama bacanya 'Cats' bukan 'Cat' ? mengacu pada bacaan dibuku ceritanya tentang beberapa kucing yang sedang bermain.

"Iya.. kan kucingnya banyak. makanya dibacanya Cats-pakai S, menandakan jumlah mereka yang lebih dari satu." kataku menjelaskan

Mendengar hal itu..dia cuma mangut-mangut ..
Eh.. sore harinya saat kami sepedaan, tiba-tiba dia menunjuk sambil berseru, "Itu kucings.. itu anjings.. itu becaks..." Aku masih tidak terlalu perhatian saat itu. Sampai saat dia memanggil teman-temannya, "Hai..Temans!!" barulah aku nyadar

"Kenapa begitu nyebutnya?" tanyaku

"Kan.. banyak mam jumlahnya.. makanya harus ditambah S - kayak dalam bahasa inggris itu loh.."jawabnya kalem

Oalah Nak.. itu hanya berlaku dalam bahasa inggris saja.. tidak dalam bahasa indonesia hihihi

Ke Perpustakaan



Sudah sejak dua minggu yang lalu kami punya tempat favorit, yaitu perpustakaan.
Begitu mata melek dari bangun tidur, Nadya langsung mengajak aku ke perpustakaan kota didekat rumah kami. Dia senang dengan tempatnya yang luas, bersih dan tentunya karena banyak buku yang belum dia punyai.

Setiap kali kesana, kami selalu membuat pojok story telling, karena begitu ambil sebuah buku, pasti Nadya langsung minta dibacain sama Mamanya.

Saking semangatnya dia minta juga dibuatkan kartu perpustakaan sendiri, biar tidak perlu numpang dari kartu mamanya :)

Asisten Mama



Sekarang Mama sudah punya asisten kalau belanja. Begitu masuk supermarket, semua langsung dipegang sama Nadya. Dia langsung menitipkan barang bawaan ke penitipan, ambil troli, dan mengikuti mama belanja.

Tidak tepat mengikuti mama sih.. lebih tepat mama yang mengikuti Nadya. Mama tinggal sebutkan barang-barang/bahan makanan yang dibutuhkan ..dan langsung Nadya pilih, ambil dan masukkan ke troli.

"Mama butuh 3 buah tomat." kataku
"Bawang bombaynya 2 ya.."
"Wortelnya 1 saja.." dll

Dia langsung mengambil plastik buah, memasukkan pesanan, ke tempat penimbangan, mengantri dan memasukkan ke troli.

Memang sih..terkadang suka seenak jiwa. Memasukkan barang-barang yang tidak ada daftar ..tapi karena dia suka. hihihi...
Tapi itu bisa kita negosiasikan ya Nak.. Senang deh melihat Nadya semakin mandiri dan percaya diri.

Tuesday, April 28, 2009

Crown Princess


Hari Jumat (24/04/09) kemarin, Nadya mendapat kiriman mahkota dari tante Sally. Gara-garanya tante Sally nonton Disney on Ice.. dan jadi teringat Nadya. Dibeliin deh crown princess dari pertunjukkan itu dan dititipin ke temannya tante Sally yang kebetulan sedang ada tugas di Surabaya.

Jadi deh, jumat siangnya Nadya khusus datang ke Tunjungan Plasa untuk menemui tante Wisty, temannya tante Sally untuk mengambil mahkota. Awalnya Nadya tidak mau memakai mahkota tersebut, dia malu dilihat sama teman2nya tante Sally. Tapi begitu kami berjalan menjauhi teman2nya.. langsung deh dia minta dipakaikan crown princessnya itu.

Wuiiiihhh.. sekali pakai gak mau lepas dari kepala. Dan yang gak aku duga, mahkotanya itu menimbulkan kehebohan sendiri di TP.. banyak anak2 yang melihat, banyak ibu2 yang menanyakan belinya di bagian mana, ada anak2 yang menangis pingin punya mahkota juga, bahkan sempat ada oma yang menawar untuk membeli crownnya Nadya..untuk cucunya!!

Tahu kalau mahkotanya banyak yang mengagumi, Nadya makin 'pasang badan' ..makin gaya dengan mahkotanya itu.. :)).

Ada cerita lucu saat aku sedang membayar di sebuah toko. Nadya ditanya oleh kasirnya,
"Nadya.. kalau besar mau jadi apa?" tanya kasirnya (sebelumnya dia sudah tanya2 nama dan umur Nadya)
Dengan PDnya, Nadya menjawab sambil menunjuk ke mahkotanya, "Ya..jadi princess lah!!

Hihihi tetep!!