waktu itu seharian Nadya bete trus, semuanya serba salah, semua yang aku tawarkan tidak ada yang benar, marah terus. Padahal biasanya dia sangat koperatif sama mamanya, setidaknya "biasanya" aku tahu apa yang diinginkannya.
Sampai tengah hari aku masih bisa menyabarkan diriku, puncaknya saat makan siang. dia tidak mau makan di kursi makanya, ok aku kabulkan. akhirnya kita makan di ruang tengah. biasanya dia makan sendiri, sekarang maunya disuapin, ok, aku ikuti kemauannya. sesuap dua suap berlangsung dengan sukses. memasuki suapan ke tiga, nasi di mulut dikeluarkan. di sini aku sudah mulai bete, masih nahan suara "Nadya makannya gak dibuang dong!", dia hanya memandangku sesaat, dan melanjutkan mainannya. kemudian aku coba suapan ke empat, dia mau buka mulut, tapi kemudian makanannya dikeluarkan lagi ditangannya, langsung diletakkan di rambutnya.
saat melihat itu aku langsung melotot, narik napas panjang, antara sebel, gemes, pingin teriak, wah campur aduk. Aku langsung berkata keras, "Nadya maunya apa sih? Kok hari ini kelakuan Nadya tidak baik!". aku langsung menatap ke matanya, dia menatapku tak berkedip, dari pandangan matanya aku tahu kalau Nadya memang sengaja melakukannya, dan dia tahu apa yang dilakukannya bukan suatu hal yang baik.
Dengan masih memandangku, dia melangkah mundur bersandar ke tembok. aku langsung duduk dikursi, sambil terus menatapnya. Jarak kami kurang dari dua meter dan satu sama lain tidak ada yang melepaskan pandangan. Saat itu aku merasa sangat lelah dan melihat cara dia memandang membuatku menyesal karena membentaknya.
Aku langsung berkata, " Nadya, maafin mama ya, karena membentak Nadya."
Mendengarku meminta maaf, Nadya langsung membuka tangannya, dan berjalan kearahku, memeluk dan mencium pipiku. aku terkejut sekali, kaget, terharu, senang, terheran-heran dengan tanggapannya dan itu malah membuatku menangis. sambil memeluknya aku berkata, "maafin mama ya nak, mama sayang Nadya." eh dia melihat mataku, trus dengan tangan kecilnya mengelap mataku. apa yang dia lakukan malah membuatku semakin nangis hiks..hiks.. terharu banget.
Saat itu aku jadi tersadar , bahwa ini adalah wujud protes Nadya ke aku. Dia marah sama mamanya. Dia marah karena beberapa hari terakhir aku tidak "hadir" bersamanya walau secara fisik aku ada di sisinya, tapi tidak fokus bermain dengannya.
Aku sangat percaya bahwa anak-anak sangat reseptif, dan mereka bisa merasakan suasana yang tidak nyaman disekitarnya. mereka tahu dan bisa merasakan bahwa orangtuanya ada pikiran, menyimpan marah, lagi bertengkar dll. mereka bisa merasakan dan itu membuat mereka tidak nyaman. dan wujud protes Nadya atas ketidaknyamanan itu adalah dengan melakukan semua hal yang tidak disukai mamanya.
Di sisi lain kejadian ini membuat aku belajar hal penting, yaitu tentang memaafkan orang lain. Aku sejenis orang yang kalau marah itu dipendam, susah banget untuk dikeluarkan. sampai gak sadar kalau aku masih menyimpan kemarahan. nah sifatku ini ternyata jadi bumerang untuk aku. karena memendam kemarahan membuat aku susah memaafkan orang lain. Dari Nadya aku belajar akan memaafkan tanpa syarat...kapan saja, dimana saja, dan berlaku untuk siapa saja.
Friday, November 24, 2006
Sedihnya Marahin Nadya
Posted by
sekolahnadya
at
7:46 PM
Labels: cerita mama
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment