Friday, August 15, 2008

Kucing

Sebenarnya nih... aku bukanlah orang yang senang memelihara binatang. Terutama binatang yang berbulu, seperti kucing, anjing, kelinci dan.... khususnya ayam (sampai sekarang aku masih takut sama ayam ). Saat nikah aku sudah wanti-wanti sama suami, "Tidak ada hewan piaraan, terutama ayam! dan kalau mau memelihara hewan, pelihara ikan saja atau kura-kura". Aku wanti-wanti sedemikian detilnya, karena aku tahu suamiku senang memelihara binatang. Setidaknya pengalaman dia memelihara binatang cukup banyak, dengan jenis binatang yang berbeda-beda dari ayam hingga ular.

Beberapa alasan kenapa aku tidak mau punya binatang piaraan sudah kulontarkan panjang lebar ke suami. Aku bilang ke Dama, "Aku malas repot, bersihin kotoran mereka, melatih mereka pupi, belum lagi kalau ada yang sakit. Tapi diatas semua itu alasan utamanya aku gak mau terlibat secara emosional 'lagi' dengan hewan piaraan."

Aku ceritakan bagaimana aku besar di rumah dengan 23 ekor kucing (sepertinya lebih deh..). Banyaknya kucing-kucing di rumah disebabkan ulah kakakku. Kalau melihat kucing terlantar di jalan atau di sekolah SDnya, pasti langsung dibawa pulang. Perbandingan kucing yang beranak pinak dengan kucing 'nemu' sama banyaknya. Padahal rumah orangtuaku di Jakarta bukan rumah besar, dan tidak punya halaman. Jadi kemana saja mata memandang, pasti ada kucing sliweran kesana-kemari. Lagi jalan, tiba-tiba tersandung salah satu kucing, bulu- bulu kucing yang nempel di kursi, atau baju, dan yang paling nyebelin kalau ada yang 'pupi atau pipis' sembarangan. Kalau sudah gitu, aku tinggal panggil kakakku, dan menunjukkan 'hadiah kecil' untuk dibersihkan .

Namun.... keputusanku untuk tidak memelihara hewan berbulu mulai goyah sejak dua bulan terakhir ini. Saat Nadya tiba-tiba bilang, "Mam, aku ingin pelihara kucing ."

Awalnya aku cukup berlega hati, karena aku pikir Nadya mintanya tidak serius dan dia mulai lupa dengan apa yang diminta. Tapi... ternyata sebulan terakhir ini permintaannya semakin gencar. Segala alasan dan argumentasi aku utarakan,yang intinya aku keberatan kalau pelihara kucingnya sekarang. Duh.. membayangkan kerepotannya saja sudah malas!!

Setiap kali dia minta pelihara kucing, aku selalu berkata, "Tunggu sampai Nadya besar." Sampai kemudian ada kejadian hari sabtu kemarin, yang meruntuhkan tekadku.

Saat kami sedang bermain di salah satu TK di dekat rumah, Nadya menemukan anak kucing yang ditinggal induknya. Umurnya 3-4 minggu. Langsung saja Nadya mengulang permintaannnya, dan aku tetap bersikeras dengan keputusannku. Sambil menarik tangannya, aku ajak dia untuk meninggalkan kucing itu, dan bermain kembali. Baru dua langkah, anak kucingnya segera mengikuti kami. Begitu terus, setiap kami menjauh, anak kucingnya terus mengikuti. Disaat yang sama, Nadya tidak henti-hentinya berkata, "Mama aku ingin pelihara kucing!!"

Aku merasa terperangkap, didesak dari dua arah, Nadya dan anak kucing itu . Untuk sesaat aku berdiri diam, mempertimbangkan segala sesuatunya. Belum selesai memutuskan ambil atau tidak kucing itu, kok tiba-tiba ada dorongan untuk menyentuh anak kucing itu, seperti gerakan slow motion, saat aku mengangkat anak kucing itu, dan melihat kematanya lama, dan akhirnya aku membatin, "Okelah... kita akan pelihara kucing!!!".

Begitu sampai rumah, kucingnya langsung dibersihkan, dikasih susu, dan aku langsung telpon Mbak Dina, menanyakan cara-cara merawat anak kucing. Detik itu juga aku langsung sadar kalau aku sudah mulai terlibat secara emosional sama kucing kecil itu.
Rasanya kayak terjebak di pasir hisap . Wong.. belum seminggu kucing itu tinggal, tapi empat hari yang lalu aku sudah berdiri di dalam sebuah pet shop, sibuk menanyakan tentang makanannnya, harga kandang, melihat-lihat mainan dan aksesoris. Dan saat pulang ke rumah kami membawa kalung kucing, mainan tikus-tikusan, tempat makan, kandang, sekop pasir yang imut dan sambil membawa berbagai brosur tentang klinik & salon kucing.....

Dan saat tadi malam, Nadya tiba-tiba berkata, "Sepertinya Nilo (nama kucingnya) butuh teman.... nanti kita cari teman untuk dia ya..". Aku tidak menanggapinya, hanya dalam hati aku membatin, "Yah... perasaaan Mama juga bilang kalau Nilo bukan satu-satunya kucing kita, Nak..."

3 comments:

Anonymous said...

Horee.. Nadya berhasil membujuk mama.. hehe..

Nadya sayang, punya little pet itu tandanya Nadya makin gede dan bertanggungjawab. Nadya harus bisa jaga dia baik-baik. Jangan lupa dikasih makan, dibersihin, diajak main, disayang-sayang. Titip elus ya (abis kalau titip cium nanti tante Lala dimarahin mama lagi.. ^_^) untuk Nilo.

Andrei B. said...

Waah Nadya sayang udah punya kucing ya? namanya bagus banget, Nilo! di rawat ya sayang, berlatih bertanggung jawab!

suka sekali postingan ini ditup dengan pertanyaan yang juga sekaligus menjabarkan ke depannya:

"Yah... perasaaan Mama juga bilang kalau Nilo bukan satu-satunya kucing kita, Nak..."

Berdamai dengan perasaan ya :)

sun sayang Nadya!

Keke Naima said...

Hah?!! pernah punya kucing sp 23 ekor mbak, gimana rasanya tuh? Sama mbak sy jg gak terlalu sk binatang (apalagi pelihara). Tapi kalo anak yg meminta kadang kita gak tega jg ya nolaknya.

Kalo bisa nadya diajakin ikut ngurus jg mbak, jd sekalian belajar bertanggung jawab juga. Gak cm pengen pelihara aja :)